Beranda | Artikel
Kedudukan Akal dan Wahyu Dalam Islam - Kitab Al-Adab Al-Mufrad
Senin, 4 Maret 2019

Bersama Pemateri :
Ustadz Syafiq Riza Basalamah

Kedudukan Akal dan Wahyu Dalam Islam merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. dalam pembahasan Kajian kitab Adabul Mufrad karya Imam Bukhari Rahimahullah. Kajian ini disampaikan pada 14 Jumadal Awwal 1440 H / 21 Januari 2019 M.

Download juga kajian sebelumnya: Ana Uhibbuka Fillah – Kitab Al-Adab Al-Mufrad

[sc:status-adabul-mufrad-ustadz-syafiq-riza-basalamah-2014]

Kajian Ilmiah Tentang Kedudukan Akal dan Wahyu Dalam Islam – Kitab Al-Adab Al-Mufrad

Bab 250. Akal dalam Hati

Imam Bukhari mengatakan bahwa akal letaknya di hati. Kita tahu ada otak di kepala kita, ada jantung, ada hati, ada limpa di dalam tubuh kita. Banyak para filsuf yang mengatakan letaknya akal itu di otak. Tapi ternyata letaknya akal itu di jantung. Yang kalau jantung ini baik, seluruh organ tubuhnya akan baik. Kalau kita bicara raga yang nyata, yang bisa dilihat, maka jantung menjadi pompa untuk semuanya. Sehingga kalau orang sakit jantung, organ yang lainnya biasanya akan berdampak, fisiknya akan melemah, dia tidak akan lagi kuat berjalan panjang sampai jantungnya sehat.

Namun tetap, jantung kita juga ada hubungan dengan otak kita. Di sini Al-Imam Bukhari menyebutkan sebuah Atshar dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu. Beliau mengatakan:

حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ قَالَ : أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُسْلِمٍ قَالَ : أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ ، عَنْ عِيَاضِ بْنِ خَلِيفَةَ ، عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، أَنَّهُ سَمِعَهُ بِصِفِّينَ يَقُولُ : إِنَّ الْعَقْلَ فِي الْقَلْبِ ، وَالرَّحْمَةَ فِي الْكَبِدِ ، وَالرَّأْفَةَ فِي الطِّحَالِ ، وَالنَّفَسَ فِي الرِّئَةِ

Sa’id bin Abi Maryam menceritakan kepada kami, ia berkata: Muhammad bin Muslim mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Amr bin Dinar mengabarkan kepadaku dari Ibnu Syihab, dari ‘Iyadh bin Khalifah: Dari ‘Ali Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Iyadh mendengarnya berkata di Shiffin, “Sesungguhnya akal itu ada dalam hati, kasih sayang itu ada

Perang Shiffin ini terjadi pada masa pemerintahan ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu. Sebuah fitnah yang menimpa umat Islam pada waktu itu. Sebelumnya terbunuhnya ‘Umar bin Khattab ditangan Abu Lu’lu Al-Majusi. Kemudian terbunuhnya Utsman bin Affan sebagai Khalifah di tangan orang-orang Khawarij pemberontak. Kemudian terbunuhnya ‘Ali bin Abi Thalib juga di tangan orang-orang Khawarij Abdurrahman bin Muljam.

Pada masa pemerintahan ‘Ali bin Abi Thalib terjadi fitnah yang Alhamdulillah kita yang hidup dimasa sekarang terselamatkan dari fitnah tersebut, semoga Allah menyelamatkan lisan kita dari masuk dalam perkara-perkara yang kita tidak tahu apa sebenarnya yang terjadi di sana. Yang jelas ‘Ali berijtihad, Muawiyah berijtihad, walaupun banyak ulama yang mengatakan yang benar adalah ‘Ali bin Abi Thalib, tapi kita tahu ketika seseorang berijtihad kemudian dia salah dia tetap mendapat pahala satu. Tapi yang berijtihad dan benar ijtihadnya, dia mendapat pahala dua.

Pada masa itu, ‘Iyadh bin Khalifah mendengarkan ‘Ali bin Abi Thalib berkata dalam carut-marut fitnah yang terjadi, “Sesungguhnya akal itu letaknya di jantung.” Jadi kalau kita lihat, Allah Jalla Jalaluh di dalam banyak ayat Al-Qur’an seperti di surah Al-Hajj ayat 46, Allah mengatakan:

أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا ۖ فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَـٰكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ ﴿٤٦﴾

“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (QS. Al-Hajj[22]: 46)

Allah mengatakan dalam ayat ini bahwa tugas hati adalah berakal dengannya. Akal ini dari Bahasa Arab, artinya yang menghalangi sesuatu. Sehingga akal ini yang membuat orang berpakaian tidak telanjang. Antum bisa melihat orang gila yang akalnya tidak ada, dia telanjang. Diajak ngomong nggak nyambung. Itu orang gila, tidak punya akal. Oleh karena itu kenapa diharamkan khamr? Karena menghilangkan akal seseorang.

Orang-orang kafir, mata mereka tidak buta. Mereka bisa melihat mana yang hitam dan mana yang putih. Mereka bisa melihat terbitnya matahari dan tenggelamnya matahari di ufuk barat. Mereka bisa melihat kondisi orang-orang yang susah. Mereka bisa melihat patung-patung yang disembah. Mereka lihat dengan mata mereka. Mereka tidak buta matanya. Terus apanya yang buta? Kenapa mereka kufur kepada pencipta? Kata Allah:

وَلَـٰكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ

“Tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.

Maka itulah yang perlu kita pahami. Kalau seseorang cerdas, IQ-nya jangan ditanya, dia orang yang tingkat kecerdasannya diatas rata-rata, tapi dia mencuri, dia berzina, korupsi, memohon kepada patung. Patung dimintain pertolongan sama dia, padahal orang cerdas ini. Masalahnya dia tidak punya akal.

Maka orang yang cerdas seharusnya dia jadi lebih dekat dengan Allah. Tapi gara-gara tidak menggunakan akal yang sesuai dengan syariat Allah. Jadi untuk masyarakat Muslim yang jalan-jalan, yang tamasya, coba ketika pulang dari sana bahwa manfaat. Imannya bertambah ‘azimahny menguat untuk beramal.

Download mp3 kajian ilmiah tentang Akal dalam Hati – Kitab Al-Adab Al-Mufrad


Jangan lupa untuk membagikan rekaman kajian ini ke saudara-saudara kita atau teman-teman kita baik itu melalui Facebook, Twitter, Google+, atau media yang lainnya agar kebaikan ini tidak berhenti begitu saja. Jazakumullahu khairan.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/46730-kedudukan-akal-dan-wahyu-dalam-islam-kitab-al-adab-al-mufrad/